Tampak Belakang Kampung Calung |
Kampung Calung adalah salah satu bagian wilayah daerah di Karawang, tepatnya kampung ini masuk wilayah Desa Karangmulya Kecamatan Telukjambé Barat Kabupaten Karawang dan masuk ke dalam Propinsi Jawa Barat negara Republik Indonesia.
Histories
Kampung Calung dalam kesejarahan memiliki banyak versi yang berbeda, antara lain:
Versi 1 :
Nama Calung berasal dari sebuah nama pohon yang tidak begitu tinggi dan berbuah, pohon ini termasuk tanaman yang sangat kuat dalam jenis kayunya yang tumbuh di tanah yang gersang. Pohon calung ini sangat jarang ditemukan di daerah manapun, dikarenakan pohon kayu yang bisa dijadikan material bangunan tetapi berbuah. Tampak daging kayunya sangat keras apalagi saat sudah kering pakupun yang tajam tidak bisa menancap di kayu tetapi malah bengkok atau patah, sehingga untuk melobangi kayu harus di bor. Dan karakter inipun sesuai dengan watak penduduknya yang heuras genggerong (keras) sesuai dengan sifat orang Karawang, dan muncullah istilah-istilah yang melegenda sesuai tempat ini diantaranya : Calutak, Culangung atau Ngalunjak (membangkang), Calumit atau culamitan (Ceriwis, minta-minta tanpa malu) pada orang yang dikenal atau tidak dikenal.
Maka jangan heran dan harap maklum apabila di Karawang ini ada anak melawan terhadap orangtuanya atau meledek atau berkata tidak sopan pada orang yang lebih tua.
Berbeda dengan buahnya yang ranum dan enak dimakan, baik dicoel sambal atau di sayur walau sedikit ada rasa ketir atau kesat. Yang jelas hal ini menandakan bahwa karakter yang dimiliki pendatang yang ke kampung ini bersikap ramah, sopan dan memberikan angin segar, serta berpengaruh terhadap penduduk asli. Terkait pohon calung saat ini sudah punah, pohon ini hanya tumbuh sampai tahun 1980 an, bisa jadi pohon ini termasuk pohon langka, kalaupun ada di tempat lain, pastinya tempat ini bernama tidak jauh berbeda.
Versi 1 :
Nama Calung berasal dari sebuah nama pohon yang tidak begitu tinggi dan berbuah, pohon ini termasuk tanaman yang sangat kuat dalam jenis kayunya yang tumbuh di tanah yang gersang. Pohon calung ini sangat jarang ditemukan di daerah manapun, dikarenakan pohon kayu yang bisa dijadikan material bangunan tetapi berbuah. Tampak daging kayunya sangat keras apalagi saat sudah kering pakupun yang tajam tidak bisa menancap di kayu tetapi malah bengkok atau patah, sehingga untuk melobangi kayu harus di bor. Dan karakter inipun sesuai dengan watak penduduknya yang heuras genggerong (keras) sesuai dengan sifat orang Karawang, dan muncullah istilah-istilah yang melegenda sesuai tempat ini diantaranya : Calutak, Culangung atau Ngalunjak (membangkang), Calumit atau culamitan (Ceriwis, minta-minta tanpa malu) pada orang yang dikenal atau tidak dikenal.
Maka jangan heran dan harap maklum apabila di Karawang ini ada anak melawan terhadap orangtuanya atau meledek atau berkata tidak sopan pada orang yang lebih tua.
Berbeda dengan buahnya yang ranum dan enak dimakan, baik dicoel sambal atau di sayur walau sedikit ada rasa ketir atau kesat. Yang jelas hal ini menandakan bahwa karakter yang dimiliki pendatang yang ke kampung ini bersikap ramah, sopan dan memberikan angin segar, serta berpengaruh terhadap penduduk asli. Terkait pohon calung saat ini sudah punah, pohon ini hanya tumbuh sampai tahun 1980 an, bisa jadi pohon ini termasuk pohon langka, kalaupun ada di tempat lain, pastinya tempat ini bernama tidak jauh berbeda.
Versi 2:
Pada saat Kesultanan Mataram yang dipimpin
oleh Sultan Agung berpengaruh di Karawang, ada peristiwa penting yang dilakukan oleh para pembesar kadipaten Karawang, dimana waktu itu ada acara rempugan atau diskusi, mereka memilih tempat cocok untuk melakukan diskusi
atau badami (istilah sunda).
Singkat cerita, saat rombongan para adipati atau pembesar Kadipaten Karawang melakukan perjalanan sampailah di satu tempat bernama "Badami" . Mulailah berdiskusi untuk mencapai kesefakatan terkait pemindahan ibukota Kadipaten Karawang dari Udug-udug (sekarang termasuk Ciampel) ke tempat lain. Dari hasil rempugan itu ternyata yang dipilih untuk menjadi ibukota bertempat dipinggir sungai Citarum yaitu di kampung Bunut (sekarang Poponcol/Jebug) setelah adanya keputusan tersebut, berpencarlah para adipati itu ada yang ke sebelah timur selatan, ada yang ke utara dan ada yang ke sebelah barat. Diantara adipati yang berangkat ke sebelah barat adalah Raden Adipati Aria Singasari Panatayuda (RA Wirasuta) atau bergelar Singaperbangsa II. Beliau menyusuri bukit-bukit hijau memanjang dari timur ke barat, saat bertemu sebuah aliran sungai (Cidawolong), beliau menyebranginya dan sampailah di pinggir sebuah danau atau rawa (sekarang pabrik karton) yang berada di ujung disebuah bukit terjal memanjang dan berkelok-kelok yang dipenuhi tumbuhan rindang dan besar juga bambu-bambu berbagai jenis, yang merupakan daratan wilayah Kampung Calung. Ketika hari sudah mulai menjelang malam dan rasa lelahnya yang tidak tertahankan, Raden Adipati Aria Singasari Panatayuda menghentikan laju perjalanannya dengan mencari tempat rimbun. Alangkah kagetnya setelah ditemukannya sebuah gubuk bambu dengan bilik-bilik anyaman bambu pula, dan ternyata di dalam gubuk itu ada penghuninya adalah seorang kakek tua yang sedang merebah di pembaringan. Sang adipati minta ijin kepada pemilik gubuk tersebut untuk berteduh dan menginap karena hari sudah mulai malam, sebelum masuk ke dalam, sang adipati melihat bergantungan bambu-bambu hitam seperti kentongan di setiap pinggir gubug, ia tidak banyak bertanya tentang hal itu. Saat angin menerpa ke tubuhnya terasa merasa segar, dan ketika angin berhembus terdengar suara yang meng-enakan dari bambu-bambu tadi yang beradu satu sama lainnya, dengan rasa kantuk tak tertahankan maka tertidurlah sang adipati. Pagi harinya ia terbangun dan mencuci muka di danau itu, kemudian pamit untuk melanjutkan perjalanan ke sebelah selatan, banyak daerah yang disinggahinya, dan sang Adipati saat dalam perjalanan merasa kehausan karena panas mentari semakin menyengat tubuhnya, beliau berbelok ke pegunungan yang terjal dipenuhi batu kapur yang dipinggir gunung tersebut dirimbuni pepohonan, ternyata di daerah ini tampak gersang, tak ada mata air yang mengalir dari pegunungan, sehingga dengan sebatang bambu ditancapkan ke tanah, dan dari dalam tanah menyembur air jernih yang besar, dan di tempat ini adipati sempat membuat sumur, yang konon airnya sampai sekarang tak pernah habis, sumur itu sekarang menjadi tempat wisata yaitu Ciburial yang berada di Cibiuk Kec.Pangkalan, kemudian sang Adipati Singaperbangsa II atau Raden Aria Adipati Panatayuda melanjutkan perjalanan, dan singgah di Tegalwaru dan di tempat peristirahatan yang terakhir di tempat bernama Cicangor dekat perbatasan antara Karawang Purwakarta di sebelah selatan, Desa Kutamaneuh. (Sumber materi :Majalah Intel Karawang, 2003).Letak Geografis.
Kampung Calung berada di sebelah paling timur Desa Karangmulya, berbatasan dengan Kampung Jati Desa Karangligar, sebelah barat berbatasan dengan Kampung Pasirjengkol (Karangmulya), sebelah selatan berbatasan dengan Kampung Dawolong (Karangmulya) dan sebelah utara dengan Kampung Cibeureum (Karangligar).
Apabila dikaitkan geografis yang strategis, hal ini tidak bisa dipungkiri, karena sejatinya di kampung Calung ini berdiri dua bangunan kelembagaan pemerintah desa Karangmulya dan pusat kota kecil yaitu adanya bangunan kantor Kecamatan Telukjambe Barat, sehingga penempatan dua lembaga ini memang tepat, karena diambil batas jarak dari timur ke barat atau selatan ke utara, kampung Calung berada di tempat neutral yaitu ada di tengah-tengah wilayah daerah kecamatan. Tidak mustahil, dimasa mendatang sebuah kampung yang dulu kumuh dan menyebalkan, bisa berubah menjadi pusat kota yang asri dan nyaman, pusat industri dan pusat berbagai bisnis ekonomi.
Istilah kampung itu sendiri merupakan wilayah daerah yang paling kecil setelah wilayah desa, kecamatan, kabupaten, propinsi, negara dan bagian dari belahan bumi ini. Apakah sebuah kampung memiliki bagian-bagian?. Tentu saja, tetapi bukan yang dimaksud wilayah daerah, melainkan satu kesatuan struktur organisasi yang terdiri dari Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW) dan Kepala Dusun, yang dimana dalam strukturnyapun meluas kebawah yang terdiri dari Kepala Keluarga (KK), kemudian anggota keluarga yang terdiri dari susuhunan tertinggi dari kakeknya buyut, kakek, ayah atau ibu, anak, cucu sampai cicit, yang secara rinci struktur keturunan dapat dipaparkan melalui Silsilah keluarga.
Dan jika dalam satu tatanan keluarga memiliki anggota yang banyak sudah dipastikan harus berpindah tempat tinggal dengan membuat rumah-rumah baru, disebabkan dengan beranak pinaknya dari anak-anak dan cucu-cucunya, tidak bisa ditolelir dalam satu bangunan rumah didiami banyak anggota keluarga melebihi kapasistas untuk mengisi ruang-ruang atau kamar-kamar, mau tidak mau harus berpindah ke tempat lain, baik di dekat tempat itu atau migrasi ke tempat lain. Sehingga dengan jumlah rumah-rumah yang dibangun menjadi banyak, hal ini munculah ide untuk membentuk suatu kepemimpinan terkecil yang kemudian muncul istilah Rukun Tetangga dan Rukun Warga, yang kemudian dalam aturan pemerintahan RT dan RW masuk dalam kategori pembagian wilayah dalam suatu negara, dimana RT dan RW adalah bagian wilayah dibawah sebuah Dusun atau Kampung, atau menurut istilah dulu adalah RK, yang tentunya pembagian wilayah RT,RW dan RK memiliki tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) masing-masing.
Apakah sebuah kampung juga memiliki peran penting terhadap negara?, Tentu saja sobat, bagaimanapun sebuah kampung merupakan hal yang terpenting bagi eksistensi seseorang, yaitu sebuah tempat dimana seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Apalagi jika sebuah kampung ini memiliki peran yang sangat besar dalam hal tingkat kehidupan yang terkait peradaban sosial, ekonomi, kultur budaya, politik dan agama. Dalam hal pembahasan makalah ini, penulis akan menjabarkan bagaimana situasi dan kondisi yang terkait sektor-sektor yang sudah disebutkan di atas. Tentunya sektor-sektor ini keterkaitan dengan keadaan " Potret Kampung Calung". dimana sektor-sektor itu merupakan pembendaharaan yang menjadi andalan PAD, yang beberapa sektor tersebut sudah berkembang pesat saat ini serta sangat mendongkrak terhadap kehidupan dan penghidupan bagi warga Kampung Calung, yaitu menjadikan sumber penghasilan dan kemajuan pembangunan di segala bidang. Adapun sektor-sektor itu antara lain :
Pembangunan (Developmen)
Pembangunan berscala kecil dan besar sudah dilaksanakan dan dikembangkan sesuai dengan rencana (planing) dari pemerintah, bahwa Desa Karangmulya dimasukan kategori wilayah Zone Industri, hal ini disebabkan tekstur tanahnya sebagian besar daratan berbukit terjal, termasuk di sebagian tanah darat di kampung Calung direncanakan untuk pembangunan perusahaan-perusahaan berscala besar dan pembangunan properti otoritas perumahan di level nasional.
Pembangunan-pembangunan tersebut sudah berdiri dan dalam perkembangan ke depan. Beberapa perusahaan dibidang industri dan properti adalah diantaranya :
Alamat : Jalan Inpeksi Kalimalang, Dusun Calung Rt.01/Rw 01 Desa Karangmulya Kecamatan Telukjambe Barat Kabupaten Karawang - Jawa Barat 41361.
Produksi yang dihasilkan oleh perusahaan ini adalah berbahan jadi yaitu pengolahan kertas kartun menjadi dus aqua, mie instan, sirup, kecap dan banyak lagi. Lokasi PT. Daya Cipta Kemasindo |
2. PT. Dengensha Indonesia
Alamat : Dusun Calung Rt.04/Rw 01 Desa Karangmulya Kecamatan Telukjambe Barat Kabupaten Karawang - Jawa Barat 41361.
Perusahaan ini bergerak di bidang mobil, yaitu produksi yang dihasilkan berupa peralatan las, bubut dan alat-alat pemotongan besi atau baja, peralatan yang dihasilkan perusahaan ini sangat berkualitas. Dengan kualitas yang baik itu banyak konsumen tertarik untuk membeli peralatan tersebut di perusahaan ini, diantara pembelinya salah satunya adalah negara Jepang.
3. Perumahan Cluster Bumi Telukjambe Barat
Perumahan ini dibangun berupa type-type cluster, perumahan ini baru berkembang, pembangunan baru tahap awal, perumahan ini kemungkinan besar akan menempati tanah seluas ratusan hektar yang akan dipakai di wilayah daerah kampung ini, buktinya banyak tanah-tanah dipatok dan ditandai untuk dijadikan perumahan. Sedangkan pembangunan properti tersebut terus berjalan seiring waktu sampai saat ini. Dari sejumlah hampir 100 rumah type cluster sudah selesai dikerjakan dan siap untuk ditempati. 3. Perumahan Cluster Bumi Telukjambe Barat
Cluster Telukjambé Barat |
Bagaimanapun keberadaan perum cluster Telukjambe Barat memang strategis,dikarenakan akses jalan transportasi untuk menuju lokasi perumahan berdekatan dengan exit jalan tol Karawang Barat.
Dengan keberadaan pembangunan perumahan ini otomatis hal ini akan membawa angin segar bagi penduduk sekitarnya, selain menjadi lahan pekerjaan juga dimasa mendatang menjadi harapan masyarakat untuk membeli rumah-rumah tersebut.
Pendidikan (Education)
Jenjang pendidikan yang dimiliki warga kampung ini sudah terlihat berkembang, dimana dalam survey penulis terhadap orang yang dikenal, hampir mendekati angka 100 orang sudah mengenyam pendidikan Strata 1, selebihnya berpendidikan mayoritas tingkat SD, SMP dan SMA/SMK dari jumlah penduduk kurang lebih 6.000 orang. Apakah di kampung ini ada sekolah?, Ya. Pendirian sekolah di kampung ini mungkin paling awal di Desa Karangmulya bahkan di Kecamatan Telukjambe (wilayah belum dimekarkan), menurut informasi sekira tahun 1914 Belanda mendirikan sekolah untuk pribumi, dan ternyata di tahun 1916 di kampung Calung juga didirikan sekolah tersebut, yang pada mulanya sekolah tersebut oleh Belanda dinamakan Hollandsch-Inlandsche School (HIS) yang kemudian berubah menjadi Sekolah Rakyat (SR) atau juga dikenal Sekolah Desa. dan pertama berdirinya sekolah ini sejak Belanda mengadakan ekspansinya di Karawang, sekolah ini sekarang bernama SDN Karangmulya I, dan saat sekarang sudah berdiri jenjang PAUD, TK, Raudathul Afwal, SD, SMP dan MTs.
Bisnis dan Ekonomi (Busines and Economic)
Tingkat perekonomian rakyat warga kampung Calung, tampak berkembang pesat, hal ini dapat dilihat dengan menjamurnya toko-toko atau warung-warung yang berderet di sepanjang jalan raya Badami-Loji, mereka bersaing sangat sehat, tidak saling menjatuhkan karena tidak khawatir kekurangan pembeli atau konsumen, hal ini disebabkan penduduk kampung ini begitu padat, apalagi dengan banyaknya migran yang bermukim sudah cukup banyak. Dari sebagian itu tidak hanya membuka toko-toko, tetapi selebihnya penduduk setempat membuka bisnis finansial baru dengan membangun rumah-rumah kontrakan atau rumah kos. Bahkan ada penduduk berani membangun rumah kontrakan seribu pintu (hanya istilah), yang tampaknya sulit untuk dihitungnya karena bangunan kontrakan tersebut selain bertingkat juga panjang-panjang yang menghabiskan area tanah yang begitu luas. Yang jelas bisnis finansial ini cukup menggiurkan, dengan harga jual kontrak Rp. 500.000 1 lapak/bulan, begitu besar bukan.
Rumah Kontrakan |