Istilah " Calung"
muncul ketika orang mengenal sebuah alat musik yang terbuat dari bambu berasal di Jawa Barat, tapi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah "Calung" memiliki pengertian Ca-lung 1) tabung bambu untuk mengambil air; 2). timba kecil dari bambu; 3). mangkuk dari timah untuk menampung getah karet.
Yang penulis akan ceritakan adalah sebuah
tempat yang ada di daerah Kabupaten Karawang, secara geografis "Calung"
merupakan sebuah perkampungan semi kota yaitu Pemukiman Penduduk, letak
Kota Kecamatan dan Zone Industri yang berada di Kecamatan
Telukjambe Barat, Kabupaten Karawang, Propinsi Jawa Barat, Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Prakiraan
Sejarah
Dusun Calung dan tempat-tempat lain
dibangun pada waktu berkuasa Raden Aria Pamanah Rasa yang
bergelar Prabu Siliwangi di Kerajaan Pajajaran yang dilanjutkan Kerajaan
Sumedang Larang waktu itu rajanya bernama Prabu Geusan Ulun,
yang menjadi rujukan di tempat ini sudah adanya penduduk adalah semua rumah
tempo dulu berbentuk panggung dan beratap rumbia (eurih dan pelepah
kawung), yang memiliki Goah padi atau Leuit, dan
cara berpakaian adat sebelum terjadi revolusi industri (modernisasi)
seperti memakai pakaian hitam, celana komprang dan iket
barangbang semplak. Penduduk pendatang berasal dari Cianjur,
Bogor, Sumedang, Garut, Bandung (Pasundan) Jawa dan Melayu.
Calung dimasa pembentukan Kabupaten Karawang di sekitar Pemindahan Udug udug ke Bunut Kertayasa.
Calung merupakan wilayah gugus perbukitan Kandangsapi atau Tegalsapi yang masih bagian dari Waringinpitu, yang dimaksud di sebelah selatan daerah Calung merupakan tempat-tempat pengembalaan
binatang ternak sapi.
Pendiri Kampung Calung : Adipati Rangkas Sumedang (RAA Panatayudha atau Aria Singaperbangsa II atau bergelar Raden Aria Wirasuta). Karena pada saat para pembesar Rangkas Sumedang atau Karawang bermusyawarah di salah satu tempat bernama Badami (istilah basa sunda :Ngawangkong atau Badanten) , dan arti kata itu berdialog yang berkaitan pemindahan ibukota Karawang dari Udug-udug ke tempat lain, Sang Adipati Aria Wirasuta melakukan perjalanan menuju Tegalwaru Pangkalan, sempat menetap dibeberapa daerah salah satunya adalah " Calung". Dan daerah-daerah yang disinggahi bisa disebut Petilasan. Jika memang benar, seharusnya daerah-daerah itu harus mendapat perhatian dari pemerintah, terutama dengan adanya jejak salah satu bupati Karawang tempo dulu dibuatkan semacam pesangrahan-pesanggrahan di tempat tersebut, dan hal itupun untuk mengenang adanya perjalanan sejarah Karawang.
Adat Istiadat
Pendiri Kampung Calung : Adipati Rangkas Sumedang (RAA Panatayudha atau Aria Singaperbangsa II atau bergelar Raden Aria Wirasuta). Karena pada saat para pembesar Rangkas Sumedang atau Karawang bermusyawarah di salah satu tempat bernama Badami (istilah basa sunda :Ngawangkong atau Badanten) , dan arti kata itu berdialog yang berkaitan pemindahan ibukota Karawang dari Udug-udug ke tempat lain, Sang Adipati Aria Wirasuta melakukan perjalanan menuju Tegalwaru Pangkalan, sempat menetap dibeberapa daerah salah satunya adalah " Calung". Dan daerah-daerah yang disinggahi bisa disebut Petilasan. Jika memang benar, seharusnya daerah-daerah itu harus mendapat perhatian dari pemerintah, terutama dengan adanya jejak salah satu bupati Karawang tempo dulu dibuatkan semacam pesangrahan-pesanggrahan di tempat tersebut, dan hal itupun untuk mengenang adanya perjalanan sejarah Karawang.
Adat Istiadat
Adat isitiadat yang ada kampung Calung hampir
punah disebabkan;
Pertama, terdesak oleh kemajuan industrialisasi;
Kedua, penduduk menyadari adanya agama
tauhid yaitu Islam yang mengajarkan bahwa Tuhan alam semesta itu Allah Subhana Wata’ala, bukan lagi menyembah kepada Sanghyang
Widi atau Dewa-dewa, sebagaimana saat itu agama yang
dianut masyarakat sunda adalah agama sunda wiwitan yang
memiliki pengaruh hindu, dan saat sekarang cara ibadatnya
tidak melalui Mantra-mantra, jampi-jampi, Ngancak, Parancahan, Bakar
Kemenyan yang cara itu adalah memang kebudayaan agama Hindu dan Budha
yang memiliki tradisi animisme dan dinamisme yaitu percaya kepada roh yang telah
mati dan percaya kepada barang-barang bertuah seperti keris, batu ali dan
barang atau tempat lainnya yang dianggap keramat. Dan cara ibadah sekarang yang
dilaksanakan adalah menurut syariat islam, hampir mayoritas penduduk kampung
melaksanakan shalat 5 waktu, puasa romadhon, bayar zakat, dan ibadah-iabdah
lainnya. Hanya saja ada adat istiadat yang masih tersisa dan sulit dihilangkan antara lain; - Bakar,Kemenyan, Adat,
Sawer Panganten, Ngancak, Parancahan, Hajat Bumi.
Satu kebudayaan yang sangat sulit dihilangkan
adalah memberi nama pada anak, penduduk Calung yang melegenda atau lebih
cenderung menamakan sesuatu baik terhadap mahluk hidup dan barang selalu
terfokus kepada tempat tinggal yang sangat keterkaitan "Nama -nama orang,
seperti: Aca, Uca, Ica, Oca, Alung, Ulung, dll.
Nama-nama sesuatu seperti : Kaca, Kaca-kaca, Kica-kica, Kalung, Kilung-kilung, Cangkilung, Cacing kalung, Pancal, Lungsur, Leunca, Uncal, Lunca-linci dll.
Nama-nama sesuatu seperti : Kaca, Kaca-kaca, Kica-kica, Kalung, Kilung-kilung, Cangkilung, Cacing kalung, Pancal, Lungsur, Leunca, Uncal, Lunca-linci dll.
Di kenal sekali kampung Calung ini tidak hanya masuknya
revolusi industri, melainkan juga antara tahun 1975 sampai 2007 di
kampung ini pernah disinggahi beberapa kali pesawat terbang jenis helikopter.
Dengan singgahnya pesawat tersebut menjadikan pertanda bahwa kampung ini
istimewa dan langka dibanding tempat-tempat lain di Karawang, padahal di tempat
ini tidak ada sesuatu yang dianggap penting dan unik seperti tempat destinasi
wisata, lapangan terbang atau helipad, sehingga tempat ini menjadi semakin
dikenal, tetapi kenapa juga para pejabat seperti bupati, gubernur dan menteri
itu mau berkunjung ke kampung ini, padahal kampung ini terlihat lusuh dan
tertinggal. Kenapa pesawat itu tidak mendarat di kota saja, semisal Lapangan
Stadion Singaperbangsa atau Alun-alun Karawang, tak sampai disitu kampung ini
dikenal, ketika ada pemekaran Telukjambe Barat kampung ini terpilih menjadi
ibukota kecamatan Telukjambe Barat, padahal yang semula lokasi kecamatan sudah
ditentukan di kampung Kobakbiru, tapi tampaknya Calung lebih strategis dan
sesuai untuk dijadikan lokasi kecamatan tersebut. Dengan kondisi seperti itu
mungkinkah di masa mendatang tempat ini akan menjadi fokus utama sorotan dunia,
seperti juga kata orangtua dulu bahwa Karawang Selatan akan menjadi sebuah kota
yang tiada tandingnya, dan konon diperkirakan bakal banyak
bangunan-bangunan rumah atau bangunan tempat bisnis yang megah dengan desain
mengadopsi kerajaan-kerajaan jaman dulu, yang kebanyakan merujuk kepada kerajaan
di Eropa seperti Kerajaan Romawi, Kerajaan Cyrus,
Belanda, dsb. Yang tentunya dengan
munculnya symbol-symbol kerajaan tersebut sehingga muncul pula ide-ide untuk
membentuk lagi kerajaan-kerajaan, seperti sekarang terdengar banyaknya
orang-orang mendirikan Empire-empire. Padahal ide ini muncul bukan dari
kalangan petinggi-petinggi negara, melainkan dari segelintir
orang-orang terbelakang, dan mereka itu sangat meresahkan di masyarakat, tetapi justru hal tersebut malah banyak direspon
pengusaha-pengusaha yang sudah menggeliat membangun bangunan-bangunan gerbang,
perusahaan, atau ladang-ladang bisnis dengan desain symbol kerajaan. Bahkan di kalangan para pejabat dahulu di negara kita, dari mulai lurah atau kepala desa sampai pejabat tinggi banyak mengadopsi symbol kerajaan, salah satunya dalam hal pemangkuan jabatan, inginnya terus-terusan menjadi pejabat, seperti ingin jadi raja selama-lamanya.
Gerbang Alcala kota Madrid Sepanyol - Foto Wisata Eropa |
Yang secara realita di era sekarang banyak tempat-tempat di
Kecamatan Telukjambe dijadikan Kawasan industri besar-besaran, seperti KIIC,
Karawang Inrenational New Indutry, Suryacipta, Peruri, Sandiago Hill,
dll, sudah terlihat dengan jelas. Apalagi di Karawang selatan
direncanakan akan dibuatkan sebuah Lapangan Terbang atau Bandara Internasional
yang akan meliputi daerah wilayah Kec. Ciampel, Telukjambe Barat, Pangkalan dan
Tegalwaru, tidak menutup kemungkinan bangunan-bangunan dengan desain symbol
kerajaan akan lebih megah lagi dibangun dengan mengadopsi bangunan dari
kerajaan masa lampau .
Seperti di kampung Calung dengan banyaknya para pejabat berkunjung
ke kampung ini, bisa jadi dimasa mendatang akan terjadi perombakan
kampung ini yang akan dipenuhi deretan bangunan megah berdesain kerajaan. Maka
dengan banyaknya bangunan-bangunan bersymbol kerajaan, bisa mungkin di masa
dulunya merupakan daerah Petilasan raja-raja hindu atau
budha yang datang India atau daratan Asia, yang dimana di wilayah di
Telukjambe banyak nama-nama tempat yang mirip dengan nama nama tempat di India
seperti Calung, Badami, Ranggon dan banyak lagi, akan tetapi nama-nama itupun tidak berpengaruh adanya kerajaan hindu di Karawang Selatan, hal ini dikarenakan tak satupun adanya candi untuk bisa dijadikan rujukan, hal ini menandakan bahwa adanya kerajaan di Karawang hanya sekilas saja artinya berlangsungnya kerajaan itu tidak berlangsung lama. Ada kemungkinan pada saat didirikan kerajaan, dikarenakan adanya perebutan daerah kekuasan raja-raja di sunda, menjadikan peninggalan-peninggalan seperti situs, candi diruntuhkan ataukah kejadian semisal adanya gempa tsunami dan banjir besar yang menenggelamkan candi, entahlah..', tetapi tidak ada sejarah yang menjelaskan tentang hilangnya candi candi tersebut, seperti yang kita lihat candi-candi yang ditemukan di Karawang tidak utuh. Tidak seperti peninggalan kerajaan-kerajaan hindu di India, di negara tersebut banyak candi-candi megah dan sempurna, seperti kerajaan
besar Chalukya Badami. kerajaan hindu Chalukya
Empire atau Chalukya
Badami yang berdiri pada abad 6 Maséhi. Yang nama-nama rajana mirip
dengan gelar raja raja di sunda atau Tarumanagara yaitu Adityavarman dan Kitrivarman (Chalukya Badami).Apakah
mungkin raja-raja hindu berasal Chalukya
Badami pernah berkunjung ke sunda atau dataran di Telukjambe ini,
Walaupun dalam sejarah tidak kaitannya, tetapi kita harus tahu
mengapa ada nama Calung dan Badami di
Karawang. Dalam kesejarahan di Karawang ini memang minim sekali, karena mungkin
dulunya orang Karawang itu tidak ada yang mahir menulis atau mengarang, jadilah
untuk mencari referensi saja sangat sulit, kalau ada kenapa tidak disusun
terbentuknya nama-nama tempat seperti nama-nama kampung, desa atau kelurahan
sejak Karawang ini terbentuk pada jaman Kerajaan Sumedang Larang atau pada saat
penetapan propinsi dan kabupaten di Jawa Barat Tahun 1960, seharusnya ada
lampiran dibentuknya kampung-kampung, desa-desa kewedanaan atau yang lainnya
berkaitan tempat ini, kapan berdirinya yang ditunjukkan berdasarkan SK-SKnya,
ini penting sebagai bahan referensi atau rujukan. Dan menurut riwayat, bupati
saja yang memimpin di kabupaten ini ternyata kebanyakan orang dari luar
daerah. Jadi, Karawang dimana bisa maju, toh yang meminpinnya saja bukan tulen
orang Karawang.
Dinasty Chalukya Badami di India - Foto http://www.prasannaholidays.com Dan apabila melihat candi-candi yang dibuat di Karawang sedikit mirip dengan kerajaan hindu Chalukya Temple atau Badami Temple di Bangladesh India bagian selatan, karena bahannya seperti batu bata, itu kalau diambil kemiripan nama-nama yang di sunda. Dulu penulis pernah membaca referensi ada beberapa informasi bahwa bahasa-bahasa Sansakerta dan Pallawa yang ada di sunda dan jawa diambil dari bahasa Calukia atau Chalukya di India, yaitu adanya huruf Cacarakan dan Kaganga. Sehingga bisa mungkin kerajaan-kerajan di Indonesia ada pengaruh dari India. Dan terkait nama Calung, di berbagai belahan dunia banyak tempat bernama Calung, seperti di Filipina ada Calungsod, di Brazil ada Calunga, di Italia ada Calunga, Calunghe, di Afrika juga ada. Apalagi di Sunda dan daerah lain di Indonesia banyak nama-nama Calung seperti Cicalung, Pasir Calung, Gunung Calung, Lembah Calung, Pacalungan, Babakan Calung,dll, Wuih....! banyak sekali tempat bernama Calung. Bagi pembaca sekalian yang mengetahui keberadaan asalnya nama-nama tempat bernama Calung mungkin bisa mengungkapkan dan berbagi pengetahuannya. Nama-nama tempat sudah ditelusuri melalui google, ternyata Calung itu ada di mana-mana.Nama-nama Calung yang muncul seperti :
Calung Brazil
Calung Italia
Pasir Calung
Gunung Calung
Cicalung
Calungsod Filipina
Lantas nama calung itu pada asal muasalnya dari mana?",
apakah diambil dari bahasa Sansakerta, Sunda Wiwitan atau
dari asal dari negara mana?', ataukah seorang seniman itu hidup berkelana
ke berbagai negara yang kemudian menamai tempat bernama calung?', karena sampai
saat ini nama Calung memang asing terdengar oleh daerah lain, tetapi walaupun begitu sebuah kata yang terbentuk dari dua suku kata Ca dan Lung, muncullah suatu legenda di masyarakat dalam mengapresiasikannya untuk merujuk terhadap kata kata yang mendekati nama Calung, biarpun tidak ada referensi yang menjelaskannya.
Jadi memang
sejarah itu membingungkan disebabkan banyaknya prakiraan-prakiraan, seperti tadi karena ditemukan candi-candi itu
kerajaan, padahal bisa mungkin tempat mereka bertapa atau semedi para raja
hindu atau budha, seperti juga candi Borobudur itu menurut informasi itu adalah peninggalan nabi atau
raja Sulaiman, padahal nabi Sulaiman Alaissalam itu sendiri saat
itu Tuhannya Alloh Subhana Wata'ala, dan ini sangat membingungkan sekali. Jadi
sejarah itu tidak ada yang sempurna, karena dari sebagiannya hanya perkiraan
perkiraan belaka, kalau dibilang Hoaks, ndak sih..', paling ada
seperberapanyalah. Bagaimanapun kehidupan manusia jauh sebelum berdirinya
kerajaan-kerajaan hindu, budha dan lain-lainnya di berbagai belahan dunia
ini, Alloh Subhana Wata'ala sudah menetapkan kelompok-kelompok manusia ke
dalam berbagai bangsa dan bahasanya masing-masing yang ditempatkan di berbagai
negara di dunia,Wallohu alam, tapi yang jelas peradaban akhlak
adalah fondamental yang utama untuk meluruskan suatu keyakinan dalam diri
manusia, seperti juga islam meyakinkan manusia untuk beriman kepada yang
menciptakan alam semesta yaitu Alloh Azza Wazzala. Oleh
karena itu sobat, kita jangan terlena atau terlelap dengan berbagai daya khayal
atau imajinasi yang mengakibatkan terjadinya keadaan di luar batas atau "Crazy
because of Delusion". Karena bagaimanapun sudah jelas semua
manusia akan kembali ke Illahi Robbi, Yang sekarang harus
ditegakan adalah Aqidah dan Pelaksanaan ibadah yang sungguh-sunggu kepada Alloh
Subhana Wata'ala, yaitu mengerjakan shalat 5 waktu, menuntut ilmu,
banyak-banyaklah bersodaqoh, inpak dan jariyah, berbaik terhadap orangtua dan
tetangga, dan selalu taat terhadap peraturan pemerentah. Oleh kerenanya mari
kita berdoa s'moga kita ditetapkan iman dan islam, dan
mendapat rizki yang berlimpah ruah, Amien, Barokhallohufik.