Belut atau lindung adalah sejenis hewan yang hidup di sawah-sawah atau di rawa-rawa, untuk mencari lindung ini biasanya harus dipancing, tetapi kebiasaan di berbagai tempat untuk mendapat belut atau lindung yang banyak harus di obor, kalau di daerah menyebutnya dengan istilah "Ngobor Belut"
Belut : Foto topreuneur.id |
Apa yang dimaksud dengan “ Ngobor Belut”?”, istilah ngobor belut berasal dari kata “Obor dan belut’, Obor sejenis alat
penerangan yang terbuat dari bamboo diberi sumbu dan diisi dengan minyak tanah,
dan “Belut” kalau diterjemahkan ke
dalam Bahasa Indonesia adalah “lindung” yaitu sejenis binatang di air baik di
sawah atau di rawa yang memiliki bentuk tubuh yang panjang. Apakah belut sama
dengan malung?”, tidak, tapi hampir mirip, kalau belut atau lindung itu di dalam
tanah yang banyak airnya di rawa-rawa atau di sawah, dan kalau malung itu
hidupnya di air yang lebih dalam. Kemudian kapan kita itu bisa
melakukan ngobor belut?. Ngobor belut itu tidak sembarang ngobor tetapi ada
faktor-faktornya diantaranya :
Pertama, melihat posisi bulan,
apakah bulan muncul di sore atau pagi hari, jika muncul di sore hari tentu kita
harus mengalihkan waktunya pada pagi harinya, begitupun sebaliknya, jika bulan
akan muncul di pagi harinya, maka sore harinya segera bergegas melakukan ngobor
tadi, yang lebih bagus waktunya pada di awal-awal bulan, karena biasanya kalau
bulan sudah terlihat besar, belut jarang muncul di permukaan sawah;
Kedua,
Melihat kondisi air dulu, apakah airnya besar atau tidak dan airnya itu jernih
atau tidak, yang cocok melakukan ngobor belut itu pada saat kondisi air tidak
terlalu besar dan airnya jernih memungkinkan belut atau lindung terlihat jelas;
Ketiga,
melihat keadaan alam, apakah mau hujan atau tiupan anginnya, kalau malam cerah
dan kondisi angin tidak terlalu kencang atau semilir angin yang tipis, maka
kita bisa melakukan ngobor belut itu dengan baik;
Keempat, ngobor belut
bisa dilakukan pada saat padi belum meninggi, maksimal di ambang batas saat
padi disiangi dalam satu kali.
Istilah ngobor belut tidak berubah saat obor yang
digunakan dari masa ke masa, dari mulai obor terbuat dari bamboo, kemudian,
cadok yang yaitu lampu sudah dilindungi penutup angin dan hujan dan terakhir
saat ngobor belut dengan lampu petromak di tahun Delapan puluhan sampai Sembilan
puluhan.
Sawah saat disiangi satu kali |
1).Berubahnya alat
penerangan tradisional di rumah-rumah yang tadinya lampu obor, cadok dan
pertromak di ganti dengan penerangan modern atau lampu listrik;
2).Sudah tidak beredarnya
BBM jenis minyak tanah yang dijual ke masyarakat;
3).Populasi belut atau
lindung saat sekarang sudah berkurang atau jarang karena pendangkalan
tanah-tanah sawah.
Dulu ketika masih ada musim “Ngobor Belut “, di sawah terlihat ramai sekali, kita bisa melihat
lampu-lampu gemerlapan kadang berjalan dan kadang diam berderet menerangi
sawah, begitu ramai, seperti adanya kegiatan pasar malam di kejauhan.
Apakah juga anda sudah mengalami atau merasakan
menjadi tukang “Ngobor Belut” dimasa itu, sebagaimana di usia saya maksudnya, di usia 40 tahunan ke atas atau kelahiran di sekitar antara
tahun 70 sampai 80 puluhan ke belakang menjadi tukang “Ngobor
Belut” mestinya anda mengalami juga bukan.
Pengalaman saya “Ngobor Belut” di masa lalu merupakan
memory yang tak pernah terlupakan dan merupakan pengalaman yang berharga (experience is the best teacher). Yah,
ngobor belut itu banyak suka dukanya, Sukanya kalau ngobor belutnya itu
mendapat belut yang banyak, dan dukanya terkadang banyak gangguan-gangguan yang
terjadi saat “Ngobor Belut” itu. Tapi itu bukan suatu hambatan-hambatan dalam
pekerjaan yang dilaksanakan dalam prilaku ekonomi, melainkan juga hal yang
harus dijalankan dalam kehidupan, seperti dalam bisnis perniagaan tidak
selamanya orang menerima laba yang besar atau keuntungan-keuntungan, melainkan
di satu sisi bisa saja terjadi deviasi atau penyimpangan-penyimpangan dari
tujuan awal seperti Lampu padam akibat sumbunya jelek, minyak tanahnya habis
dan itu merupakan suatu deviasi atas kelalaian
perilakunya. Berbeda dengan resiko, seperti ada gangguan-gangguan yang timbul
alami seperti berhembusnya angin, banyaknya binatang-binatang yang terkadang
menghalangi jalan atau selebihnya mengejar-ngejar kita saat “Ngobor Belut” itulah resiko,
sampai-sampai badan kita basah kuyup karena lompat atau terpelanting ke tengah
sawah.
Tetapi justru, tatkala kita berusaha bekerja dengan
jerih payah dan dengan keringat sendiri, segala hasil yang diperoleh secara
maksimal ini akan menjadikan diri kita berdiri di atas kepribadian yang memiliki manisfestasi yang tinggi, ini
merupakan hasil perjuangan yang harus dicapai, dibandingkan dengan sesuatu hal
yang diharapkan dari orang lain seperti ingin diberi, sehingga ketika diterima
dan dikonsumsinya juga tidak menjadi nikmat. Nah dalam hal “Ngobor Belut”
itupun begitu, ketika kita mendapatkan hasil yang melimpah apa yang kita
rasakan?”, pastinya ada rasa gembira dan bangga atas jerih payah itu.
Bayangkan, tatkala kita lapar tengah jalan, kemudian dengan mencari kayu bakar
di tengah-tengah sawah misalkan, sambil melepaskan rasa lelah kita bisa
menikmati daging bakar ikan belut,”Wuih begitu nikmatnya, Lezat orang jakarta bilang, padahal belut yang
kita makan tanpa proses pemberian penyedap masakan semisal garam dan yang lain,
tapi justru hal tersebut malah akan lebih nikmat dimakannya bukan, Sekian semoga bermanfaat, Wassalamulaikum.
Terjemahan Bahasa Sunda